Serba Unik di Dunia: Terlepas dari bencana meletusnya gunung yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang ini, terdapat sebuah ritual adat yang selalu dilakukan di kawah Gunung Kelud yaitu Larung Sesaji. Upacara adat yang diadakan setiap bulan suro ini biasa digelar di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Menurut cerita masyarakat setempat, larung sesaji dimaksudkan untuk menolak bala sumpah Lembu Suro yang ditipu Dewi Kilisuci. Namun bagi umat Hindu sendiri, ritual suci ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi, dan juga bentuk rasa hormat pada penguasa Gunung Kelud.
Upacara adat ini didatangi oleh berbagai kalangan masyarakat, khususnya para penganut Hindu dari Bali, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang. Dimulai pada pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.00, ini merupakan salah satu tradisi budaya yang menyedot perhatian banyak orang yang tinggal di sekitar Kediri dan juga luar Kediri.
Awalnya, acara larung sesaji diadakan di kawah Gunung Kelud, namun karena lokasi kawah itu sekarang sudah menjadi batu, yang kini disebut anak Gunung Kelud, ritual ini hanya diselenggarakan di tepian kawah.
Sesaji yang dibawa saat ritual
Ada beragam sesaji yang dibawa dalam ritual suci ini, mulai dari nasi, sayuran, lauk pauk, dan buah-buahan. Dalam ritual larung sesaji, masyarakat setempat biasanya membawa dua jenis tumpeng, yakni tumpeng nasi putih dan kuning. Tumpeng itu dilengkapi dengan aneka lauk-pauk, seperti telor, tahu, tempe, urap, parutan sambal kelapa dan masih banyak lagi. Menariknya, semua sesaji itu dihias dan ditata sedemikian rupa sehingga tampak cantik.
Semua makanan yang dibawa oleh warga kemudian dikumpulkan di tengah. Mereka duduk mengelilinginya sembari mendengarkan pemangku adat membacakan doa. Setelah selesai didoakan, mereka akan berbondong-bondong memperebutkan sesaji berupa makanan tradisional, hasil bumi, sayur-sayuran dan buah-buahan.